Cara bicara yang mendayu-dayu, suara yang sengau, atau
memiliki aksen “S” saat mengucapkan sebuah kata atau kalimat dikatakan sebagai
“gay voice”. Itulah stereotip yang terbentuk di masyarakat sekarang. Saya
pribadi tidak terlalu mempermasalahkan tentang “gay voice” ini. Tapi faktanya,
terdengar gay bisa menjadi masalah besar bagi beberapa orang. Terdengar gay
bisa memicu bullying atau menghambat seseorang untuk mendapatkan pekerjaan.
Setelah memutuskan berpisah dengan pacarnya, David
Thorpe merasa tidak terlalu pede dan membenci caranya berbicara yang terdengar
gay. Dia ingin mengubah caranya berbicara agar terdengar seperti laki-laki straight. David pun melakukan riset tentang “gay voice”. Dia melakukan beberapa
konsultasi dengan beberapa ahli. Mulai dari speech pathologist, voice coach,
hingga Profesor yang ahli dalam bidang linguistik. David juga melakukan
beberapa wawancara dengan orang-orang ternama. Seperti, penulis dan LGBT activist Dan
Savage, Aktor Goerge Takei, komedian Margaret Cho, fashion mentor Tim Gunn, dan
lain-lain.
Sebagai film dokumenter, film ini mempunyai materi yang
sangat menarik dan terbilang jarang dibahas (Atau tidak pernah dibahas malah). Dan
sejauh yang saya tahu, tidak ada yang pernah membahas atau mempermasalahkan
fenomena gay voice ini. Yang mana memberikan film ini poin plus sekaligus menjadikan
film ini provokatif.
Film ini juga sangat informatif. Penonton akan diberi
informasi seputar linguistik dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tiap individu memiliki
cara berbicara yang berbeda-beda. Dialog yang membahas tentang “lisp” dan
micro-variation menurut saya sangat menarik untuk diikuti.
Entah disengaja atau tidak, film ini juga memiliki
unsur komedi. Adegan yang memperlihatkan usaha David unuk terdengar seperti
laki-laki straight menurut saya sangat lucu. Hal tersebut tentunya menjadikan Do
I Sound Gay? Tidak hanya informatif, tapi juga entertaining.
Film ini tidak seutuhnya bergenre documentary, melainkan autobiographical
documentary. Karena film ini juga membahas kehidupan pribadi David. Di beberapa
adegan, film ini memperlihatkan foto ataupun video tentang masa lalu David. hal
tersebut membuat film ini sedikit membosankan saat mendekati penghujung film. Karena
menurut saya masa lalu dan kehidupan pribadi David tidak terlalu menarik untuk
dibahas. Mengingat filmnya yang hanya berdurasi 77 menit, menurut saya akan
lebih baik jika film ini lebih fokus terhadap topik yang dibahas.
Final words, terlepas dari segala kekurangannya, Do I
Sound Gay? Adalah sajian dokumenter yang interesting, informative, dan entertaining.
0 komentar:
Posting Komentar